SEJARAH PANJANG DUNIA FILSAFAT

 Nama

NIM
Prodi/Kelas
Mata Kuliah
Tugas : 3 (refleksi pertemuan kedua)

: Belva Laila Falah
: 20309251018
: Pendidikan Matematika D S2 Intake 2020/2021 : Filsafat Ilmu

Sejarah Panjang Dunia Filsafat

Hidup manusia itu metafisik. Setelah yang ada, masih akan ada lagi, terus menerus dan tidak akan selesai. Sebelum yang ada juga ada lagi, sampai tidak pernah selesai. Sehingga ketika maju tidak selesai, mundur juga tidak selesai, karena manusia tidak sempurna. Mengapa manusia tidak sempurna? manusia tidak sempurna agar manusia bisa hidup, sebab jika manusia itu sempurna maka manusia tidak dapat hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa kesempurnaan manusia itu tidak sempurna, atau dengan kata lain manusia itu sempurna di dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna di dalam kesempurnaan.

Segala macam kegiatan dan sifat manusia diawali dengan yang namanya fatal dan vital. Fatal adalah terpilih dan terpilih itu adalah takdir. Kenapa disebut dengan takdir? Karena sudah terjadi. Kemudian vital, vital adalah memilih dan memilih itu ikhtiar. Kemudian dari kedua hal tersebut muncul metafisik. Metafisik adalah sifat dibalik sifat, sifat mendahului sifat, sifat mengikuti sifat dan sifat mempunyai sifat. Maka sebenar-benar manusia adalah sifat mengikuti

page1image8181232

sifat. Sifat dari fatal adalah tetap, karena tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi, kecuali kuasa Tuhan. Sedangkan vital dapat berubah.

“Seorang manusia dapat dikatakan cerdas berfilsafat jika paham ruang dan waktu, sebaliknya manusia yang bodoh tidak paham ruang dan waktu”.

Semakin ke atas kita akan bertemu dengan idealism, absolutism, spiritualism, kuasa Tuhan/ Causa Prima (sebab dari segala sebab), definisi/asumsi. Sedangkan tingkatan semakin ke bawah kita akan menemukan realism, materialism (contohnya benda), contoh. Kemudian yang tetap, fatal, terpilih, jalannya menggunakan logisism dan yang berubah, vital, memilih jalannya berdasarkan hukum alam. Koherenism (misalnya wanita dan perempuan), analitik (misalnya ibu), konsisten (misalnya melahirkan) berkebalikan dengan Korespondensitism dan sintetik dimana koherenism sejalan dengan logisism.

Ketentuan-ketentuan umum yang dibuat dan dipahami bisa menjadi aksioma dan teorema, diatas teorema ada hukum. Langit dan dewa berkebalikan dengan bumi dan daksa. Formal dan normatif terletak di bagian atas bersama dengan vital dan logis. A priori berkebalikan dengan a posteriori. A priori memiliki arti paham ilmu walaupun belum melihat, sedangkan a posteriori adalah mengetahui ilmu setelah melihat. Pengetahuan a posteriori didapatkan melalui pengalaman, dari fenomena satu ke fenomena berikutnya. Karena adanya pengalaman ini, maka muncul empirisism. Sehingga a posteriori adalah empirisism dan sebaliknya a priori adalah rasionalism.

Permenides adalah seorang tokoh filsafat yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu bersifat tetap dan sebaliknya Herakleitos adalah seorang tokoh filsafat yang berpendapat bahwa segala sesuatu itu berubah. Berfilsafat harus menganut keduanya, ada beberapa hal yang tetap namun ada pula beberapa hal yang sifatnya berubah. Tetap berarti A = A, hanya ada di pikiran memenuhi hukum identitas, berubah berarti A ≠ A, yang terjadi di kehidupan kita dan memenuhi hukum kontradiksi. Ideal bersifat identitas, namun kita hidup di dunia ini bersifat kontradiksi. Tautologis berkebalikan dengan novelti/kebaharuan. Ada kompromi diantaranya yaitu A = A + 1.

Filsafat monoism mempercayai bahwa kuasa Tuhan itu Esa, satu. Kebalikannya adalah filsafat pluralism atau jamak. Mempercayai kedua hal tersebut, disebut dengan filsafat dualism. Dalam hal ini Pancasila adalah monodualism, mono = percaya yang Esa, dualism = antara Tuhan dan manusia.

page3image8178528

Sebelum muncul Immanuel Kant, terdapat filsuf bernama Rene Descartes dan David Hume. Rene Descartes adalah tokoh dari rasionalism dan skeptisism. Filsafat itu mengalir, skeptisism sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, yang ditentang oleh empirisism, David Hume. Rene Descartes meragukan keberadaan Tuhan untuk mencari Tuhan, ia kebingungan apakah ia ada di alam mimpi atau nyata, setelah berpikir sangat panjang ia menemukan bahwa ini semua nyata, karena ia dapat berpikir, cogito ergo sum, aku ada karena aku berpikir. Sehingga Rene Descartes menyimpulkan bahwa sebenar-benar ilmu harus berdasar pada rasio, pikiran. Hal tersebut sangat bertentangan dengan tokoh David Hume, menurutnya sebenar-benar ilmu harus berdasarkan pada pengalaman. Kemudian muncullah Immanuel Kant sebagai penengah bagi teori keduanya, ia menyatakan bahwa Descartes benar ketika berbicara mengenai a priori penggunaan pikiran, namun juga ada salahnya karena jika hanya mengandalkan kelogisan maka tidak akan memperoleh apa-apa, tidak ada perkembangan dunia, karena hanya ada A = A. Begitu juga dengan Hume, menurut Kant ia juga benar dalam hal teori Sintetik, namun juga ada salahnya. Maka sebenar-benar ilmu menurut Immanuel Kant adalah perkawinan antara sintetik dan a priori. Kemudian muncul zaman modern. Sehingga zaman modern dalam filsafat adalah waktu bertemunya paham Rene Descartes dengan David Hume.

page4image8178320

Setelah zaman modern ini muncullah tokoh Auguste Compte. Ia berpendapat bahwa agama tidak dapat digunakan untuk membangun dunia karena agama tidak logis, ini tertuang dalam buku yang bernama positifism.

Struktur dunia saat ini :

page4image8178944

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume Buku Paul Ernest (The Philosophy Of Math Education)

Refleksi Materi Filsafat Ilmu Pertemuan 5